Oleh Taufik Damas
Dalam Tarikh al-Khulafa' , Imam Suyuthi mengungkap tiga model pidato politik dalam sejarah Islam. Pidato itu disampaikan tiga tokoh politik dalam rentang waktu berdekatan. Tapi, isi tiga pidato itu memiliki tekanan makna yang berbeda.
Pada tahun 20 H, Umar bin Khathab menyampaikan pidato politik di atas mimbar di Madinah. Ketika ia sedang berbicara, seorang Badui berteriak, ''Demi Allah. Jika kau melakukan penyimpangan, kami akan meluruskanmu dengan pedang!''
Mendengar ucapan orang Badui itu, Umar lantas mengucapkan kata-kata terkenal. ''Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan orang yang akan meluruskan Umar dalam masyarakat.''Pada tahun 45 H, Muawiyah menyampaikan pidato politik. Di tengah pidato, ada yang menyela, ''Demi Allah. Jika kau melakukan penyimpangan, kami akan meluruskanmu.''Muawiyah bertanya kepada orang itu, ''Dengan apa?''
Ia menjawab, ''Dengan kayu.''
'Kalau begitu, kami akan bersikap lurus,'' kata Muawiyah.Pada tahun 75 H, Abdul Malik bin Marwan menyampaikan pidato politik di Madinah. Abdul Malik berkata, ''Demi Allah. Jangan ada orang yang berani menasihatiku untuk bertakwa kepada Allah. Jika ada yang berani, aku akan memenggal lehernya!'' Kemudian ia turun dari mimbar.
Tiga model pidato politik ini mengandung semangat berbeda. Pidato Umar didasari ketulusan dan kejujuran. Ini terbukti gaya kepemimpinannya yang sangat adil dan bijaksana. Umar adalah sosok yang tegas dan berani, sehingga diberi gelar al-faruq (sang pembeda yang hak dan batil).
Sedangkan pidato Muawiyah hanya retorika. Tak ada ketulusan dalam pidato itu. Apa yang disampaikan tidak benar-benar akan dilakukan. Dialog antara Muawiyah dan orang yang menyela pidatonya hanya sandiwara. Memakai istilah politik saat ini, yang dilakukan Muawiyah hanya demokrasi prosedural.
Pidato politik ketiga memiliki ketegasan dan kejelasan yang sama dengan pidato pertama. Tapi, memiliki semangat yang sangat berbeda. Ketegasan pidato ketiga justru didorong otoritarianisme yang tidak menerima kritikan orang lain. Sekadar mengingatkan untuk bertakwa, orang diganjar dengan pedang.
Menjelang pemilu presiden, kita sering mendengar pidato politik melalui berbagai media massa. Kita berharap pidato politik yang disampaikan para politikus itu merujuk kepada kejujuran dan ketulusan Umar bin Khathab.''Ada tiga kelompok orang yang pasti masuk surga: penguasa yang adil, jujur, dan konsisten.'' (HR Muslim).
Dalam dinamika politik Indonesia saat ini, umat Muslim harus memiliki kecerdasan dan keberanian politik untuk mengontrol sikap para politikus. ''Jihad yang paling utama adalah berkata benar di hadapan penguasa yang lalim,'' begitu sabda Nabi SAW dalam Sunan Abu Dawud .
Jumat, 05 Juni 2009
Pidato Politik Calon Pemimpin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar