Selasa, 12 Mei 2009

Tujuan Hidup

Oleh: Suwendi

''Hendak ke mana kalian?'' Pertanyaan kerap dikemukakan terutama guna menjawab visi dan misi hidup manusia. Orang yang tidak punya visi dan misi dalam hidupnya, cenderung menjawab tanpa arah dan tanpa nilai.

Prof Dr M Quraish Shihab dalam salah satu literaturnya (1990) menyajikan sebuah kesulitan yang dialami oleh seorang orientalis kenamaan, A Carell, ketika mencari jawaban menyangkut eksistensi manusia.

Persoalan eksistensi manusia merupakan agenda yang sangat sulit dipecahkan. Karena itu, perlu dicari jawabannya melalui pendekatan lain.

Islam mengenal dua fungsi yang melekat secara ex-officio pada diri manusia. Pertama, fungsi kehambaan (abid) secara personal kepada Tuhannya. Manusia merupakan makhluk yang diciptakan Tuhan (Khaliq) sehingga berkewajiban berterima kasih kepada-Nya.


Ia mesti patuh dan tunduk apa pun ketentuan Allah SWT. Siapa yang melanggar, maka akan mengingkari hakikat dirinya, yang dalam bahasa keagamaan disebut kufr.

Penyerahan diri kepada Tuhan, dalam banyak hal tidak mengedepankan validitas secara rasional. Karenanya, jika dinyatakan dalam bentuk garis, fungsi kehambaan digambarkan garis vertikal, dengan posisi Tuhan berada di atas, sedangkan manusia di bawah.

Perlu dicatat bahwa bentuk-bentuk kehambaan ini punya muatan dan fungsi-fungsi sosial, yang perlu diimplementasikan secara nyata. Sebab, yang membutuhkan penyembahan manusia bukanlah Tuhan, tapi manusia itu sendiri.

Kedua, fungsi manusia sebagai khalifah alam raya. Sebagaimana makna asal katanya, khalifah di sini dipahami sebagai wakil Tuhan untuk mengurus, mengelola, mengayomi, memakmurkan, dan memanfaatkan segala isi yang ada di muka bumi.

Selain itu, fungsi kekhalifahan juga menegaskan secara meyakinkan akan terbentuknya tatanan pranata sosial yang adil, demokratis, setara, dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Antara satu dan lainnya memiliki relasi yang sama besar dan sama kuat.

Di antara mereka tidaklah dianggap sebagai subordinasi. Karena itu, secara historis-sosiologis, kehidupan keduniaan harus didasarkan atas kevalidan secara rasional. Jika diwujudkan dalam bentuk gambar, terbentuk garis horizontal, ujung satu dengan lainnya adalah manusia yang memiliki relasi kesejajaran.

Kedua fungsi di atas harus dapat disinergikan secara seimbang. Tuntutan kehambaan harus dapat diwujudkan secara seimbang dengan tuntutan kekhalifahan. Belum dianggap sebagai orang yang baik (insan kamil) jika hanya mampu menjalankan fungsi-fungsi kehambaannya sedangkan fungsi sosial-kemanusiaan terbengkalai. Begitu pula sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar