Senin, 01 Juni 2009

Berani Memaafkan

Oleh Yodi Indrayadi

Abu Abdillah al-Jadali berkata, ''Aku pernah bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullah. Ia menjawab bahwa beliau tidak pernah bicara dan berlaku kotor. Beliau tidak pernah mengangkat suara, sekalipun itu di pasar. Beliau tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan. Beliau pemaaf dan lapang dada.'' (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Memaafkan adalah pilihan yang cukup sulit untuk dilakukan, terutama bila berkenaan dengan kesalahan yang sangat berat dan menorehkan luka yang dalam di hati.

Padahal, tidak sedikit dalil, baik itu yang disebutkan dalam Alquran maupun yang dijelaskan langsung oleh Rasulullah SAW, yang menganjurkan sikap memaafkan orang lain.

Alquran menyebutkan bahwa memaafkan adalah perbuatan mulia. ''Tetapi, orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.'' (QS Asysyuura [42]: 43).

Saat bersama para sahabatnya, Rasulullah pernah bersabda, ''Maukah kalian aku beri tahu sesuatu yang menyebabkan Allah memuliakan dan meninggikan derajatmu?'' Para sahabat menjawab, ''Tentu, wahai Rasulullah.'' Rasulullah lalu bersabda, ''Bersabar terhadap orang yang membencimu, memaafkan orang yang menzalimimu, memberi kepada orang yang memusuhimu, dan menyambung silaturahim dengan orang yang memutuskan silaturahim denganmu.'' (HR Thabrani).

Bahkan, Allah berjanji akan melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepada orang yang memaafkan orang lain. Allah berfirman, ''Dan, jika kamu maafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.'' (QS Attaghaabun [64]: 14).

Pada ayat lain, Allah menjelaskan bahwa orang yang memaafkan termasuk orang-orang yang mendapat surga seluas langit dan bumi. Allah berfirman, ''Dan, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (QS Ali Imran [3]: 133-134).

Dan, memang, memaafkan membutuhkan keberanian dan kekuatan mental yang tidak kecil. Alih-alih terhadap orang yang bersedia memaafkan, terhadap orang yang menahan marah saja, Rasulullah sudah menyebutnya sebagai orang yang pemberani. Rasulullah bersabda, ''Bukan dikatakan pemberani, orang yang cepat marah. Seorang pemberani adalah yang dapat menguasai dirinya sewaktu marah.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, memaafkan bukanlah sikap lemah atau kalah. Memaafkan adalah sikap mulia dan ksatria. Bahkan, memaafkan adalah salah satu sifat Tuhan yang perlu kita imani dengan cara meneladaninya. Allah berfirman, ''Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Mahakuasa.'' (QS Annisa [4]:149).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar