Jumat, 12 Juni 2009

Mental 'Memberi'

Oleh Yodi Indrayadi

''(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.'' (QS Ali Imran [3]: 134).

Dalam tafsirnya mengenai ayat di atas, Ibnu Katsir menjelaskan salah satu sifat orang bertakwa yang mendapat ampunan dan surga dari Allah SWT adalah gemar bersedekah. Dalam kondisi apa pun, baik mudah maupun sulit, sehat maupun sakit, siang maupun malam, sendiri maupun di keramaian.

Yang menjadi pokok perhatian Islam sebetulnya bukan seberapa banyak seseorang bersedekah, melainkan sesering apa bersedekah. Bukan kuantitas, tapi kontinuitas dalam bersedekah. Islam mengendaki kita memiliki mentalitas memberi.

Atas dasar itulah, Rasulullah SAW memupuk mentalitas memberi pada diri para sahabatnya. ''Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.'' (HR Bukhari).


''Sedekah adalah bukti (keimanan).'' (HR Muslim). Begitu pula sabda berikut, ''Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang dapat mendatangkan kebahagiaan, mengusir kesedihan, membebaskan utang, dan menghilangkan rasa lapar seorang Mukmin.'' (HR Ibnu Abi al-Dunya).

Di saat tak ada barang atau uang yang bisa disedekahkan, Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempatan bersedekah masih tetap terbuka. ''Setiap kebajikan adalah sedekah.'' (HR Bukhari).

Pada kesempatan lain, Rasulullah SAW bersabda, ''Setiap Muslim hendaknya bersedekah.'' Para sahabat bertanya, ''Jika ia tidak punya sesuatu yang hendak disedahkan?''

Rasulullah SAW menjawab, ''Hendaknya ia bekerja yang mendatangkan manfaat bagi dirinya, lantas bersedekah.'' Mereka bertanya, ''Jika ia tidak mampu?''

Beliau menjawab, ''Menolong orang yang membutuhkan pertolongan.'' Mereka bertanya, ''Jika ia tidak mampu?'' Beliau menjawab, ''Memerintahkan yang baik.'' Mereka bertanya, ''Jika ia tidak mampu?'' Beliau menjawab, ''Menahan diri untuk tidak berbuat jahat. Itu adalah sedekahnya.'' (HR Bukhari).

Ibnu Hajar mengatakan bahwa sedekah tidak hanya bermakna 'memberikan harta', tapi lebih luas dari itu. Sedekah bisa juga berbentuk sumbangsih tenaga dan pikiran. Bahkan, membuang pikiran jahat di kepala pun merupakan sedekah.

Karena itu, kelebihan apa pun, baik berupa materi, tenaga maupun pikiran yang dimiliki seorang Muslim, hendaknya disedekahkan untuk mereka yang membutuhkan.

Jika setiap Muslim memahami ini dengan baik, kita tentu tidak akan lagi menyaksikan orang-orang miskin yang menjerit, balita yang menderita gizi buruk, anak-anak putus sekolah yang telantar, dan pemandangan miris lainnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar